Rabu, 17 Februari 2010

Upaya "Penyelamatan" Siswa

Hina Guru Lewat Facebook, 4 Siswa Kepri Dikeluarkan dari Sekolah, demikian berita yang dirilis detik.com pada hari minggu, 14/02/2010. Pada bagian lain, Wakasek SMU Negeri 4 Tanjung Pinang epulauan Riau, hanya mengeluarkan 4 murid yang menghina guru di situs jejaring sosial facebook dari sekolah mereka. Hal itu masih mending daripada kasus penghinaan tersebut dipolisikan.Wakil Kepala Sekolah SMU 4 Tanjungpinang, Yose Rizal, mengungkapkan hal itu kepada detikcom, Minggu (14/02/2010).
"Yang pertama, semua hukuman yang diberikan kepada anak harus mendidik. Dan pastikan ada lembaga yang bisa memperbaiki perilaku anak tersebut," kata pengamat pendidikan Arif Rahman saat dihubungi detikcom, Minggu (14/2/2010). Arif juga mempertanyakan, apakah pihak sekolah sudah benar-benar memikirkan sanksi yang diberikan akan membuat sang anak lebih baik perilakunya. "Kalau ini tidak dijawab dengan benar, maka tindakan itu tindakan keliru. Dengan keputusan itu, mereka dilempar ke masyarakat dan benar-benar berhenti proses pendidikannya," jelas Arif. "Untuk mengantisipasi kemajuan teknologi harus dibekali kecerdasan berteknologi. Jangan sampai dimusuhi, mesti akrab dengan teknologi. Babagaimana cara memakainya. Kita harus akrab, supaya baik dan bermanfaat",lanjut Arif.
"Teknologi secara global sudah hadir di tengah-tengah kehidupan. Perkenalkan ke mereka, mana yang baik dan mana yang buruk dari teknologi tersebut. Sekolah sebagai institusi harusnya terima teknologi itu. Harus diperkenalkan ke murid-muridnya," kata Sekjen Komnas Perlindungan Anak (PA), Arist Merdeka Sirait daat berbincang dengan detikcom, Senin (15/2/2010). Hal itu menurutnya akan lebih efektif ketimbang mencegah para murid untuk mengakses internet. "Bukan persoalan Facebook-nya yang salah," tegasnya. Di sisi lain, Arist memandang tindakan keempat siswa itu wajar. Karena, menurutnya, keempat siswa itu tidak mengetahui akan dampak buruk akibat ucapan mereka itu.
Akibat peristiwa tersebut, siswa yang menghina gurunya lewat facebook tersebut sempat mengalami kesulitan mencari sekolah pengganti akibat peristiwa tersebut. Hal ini membuat Walikota Tanjung Pinang turun tangan dengan memanggil Kepala Dinas Pendidikan untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehingga pada akhirnya 4 siswa SMU Negeri 4 Tanjungpinang, Kepri yang dikeluarkan karena menghina ibu gurunya di facebook, kini bisa merasa tenang. Sebab sudah ada sekolah yang mau menerima mereka sebagai murid. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang, Kepri, Ahadi dalam perbincangan dengan detikcom, Selas (16/02/2010). Keempatnya diterima di SMU 5 Bintan, SMU Pelita Nusantara, Tanjungpinang, SMU Negeri 3 Tanjungpinang dan salah satunya pindah ke SMU di Batam.
 "Saya sendiri akan mendatangi tempat sekolah baru mereka untuk memberikan pengertian kepada guru agar tidak mengungkit masa lalu mereka. Apa lagi anak-anak itu sendiri sudah mengakui kesalahannya dan telah menyesali apa yang mereka perbuat. Karena itu jangan ada lagi yang mengusik persoalan facebook itu," kata Ahadi. Beliau juga mengatakan, orang tua masing-masing siswa tersebut juga sudah dapat menerima sikap SMUN 4 Tanjungpinang. Mereka hanya berharap, agar apa yang dilakukan anak-anaknya tidak diungkit-ungkit di sekolah barunya. 
"Marilah kita beri kesempatan buat mereka untuk tetap melanjutkan sekolahnya. Masalah ini sudah kita selesaikan semuannya. Jangan ada lagi pihak-pihak yang mengungkit masa lalu mereka. Biarkan mereka belajar sebagaimana biasanya," ujar Ahadi.
Belajar dari kasus tersebut, memang pada akhir-akhir ini disadari atau tidak telah terjadi penurunan budi pekerti di kalangan pelajar dan generasi muda pada umumnya. Hal ini tentunya tidak lepas dari upaya 'meniru' terhadap perilaku "orang tua" yang sering diberitakan secara luas di media massa, contohnya terjadinya 'adu mulut' antar anggota DPR pansus Century dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan.
Dalam hal ini, kesalahan bukan terletak pada penggunaan teknologi tetapi lebih pada upaya untuk meningkatkan upaya pendidikan budi pekerti yang seolah pudar di era pasca reformasi saat ini.

2 komentar:

  1. Memang sih banyak anak jaman sekarang yang kurang menghormati gurunya. Perilaku seperti ini memang memprihatinkan. Oleh karena itu diperlukan upaya pembinaan yang berkelanjutan untuk budi pekerti.

    BalasHapus
  2. Ya beginilah kalo HAM terlalu dijunjung tinggi sehingga anak jaman sekarang diberikan kebebasan yang berlebihan..
    Bagaimanapun metode pendidikan pada era dahulu (terutama tentang budi pekerti) lebih baik daripada sekarang...

    BalasHapus